Senin, 01 April 2019
KONGRES I HUTAGALUNG DOHOT BORUNA SE-DUNIA
Panggilan Kepada seluruh marga/boru Hutagalung di seluruh dunia unutk turut serta menghadiri:
KONGRES I HUTAGALUNG DOHOT BORUNA SE-DUNIA
yang akan diadakan di Jakarta, 2 Februari 2020 (02-02-2020)
Mohon mendaftarkan diri sekarang.
Untuk informasi lebih lengkap, dapat menghubungi:
ONDA HUTAGALUNG: 0813-14122777
VICTORIA: 0811-8404266
Horas.
Senin, 27 Februari 2017
Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung - Si Jago Karate Indonesia
Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung |
Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung tampil memukau di final Kejuaraan Dunia Karate WKF, Kadet, Junior, dan U21 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Serpong, Jumat (13/11/2015). Ceyco yang tampil di nomor Kumite Putri Junior Kelas 59+ sukses merebut medali emas.
Menariknya Ceyco meraih emas lewat pertarungan sengit melawan wakil Turki, Eltemur Elda di babak final. Sempat terkejar 5-5 lewat tendanan mawahi geri lawan, Ceyco akhirnya menang setelah pukukannya berhasil meraih angka pada detik-detik terakhir pertandingan. Ceyco pun menang 6-5.
Ini merupakan emas pertama Ceyco di kejuaraan dunia WKF. Wanita kelahiran 24 Juni 1999 itu mengaku tidak menyangka bisa keluar sebagai juara karena sejak awal hanya menargetkan perunggu.
Karena itu dia sangat senang saat mampu melampaui targetnya. Namun siapa sebenarnya yang mengenalkan Ceyco ke dunia karate? "Tante saya," jawabnya singkat saat ditanya usai pertandingan.
"Kebetulan dia juga dulu atlet karate," sambung siswi kelas II SMA 39 Jakarta tersebut.
Yang dimaksud tante oleh Ceyco tenyata adalah mantan karateka nasional Jenny Zeanet. Menurut wanita berdarah Batak itu, Jenny punya hubungan adik-kakak dengan ibunya, Dessy Yovita.
Semasa aktif, Jenny memang merupakan salah satu karateka putri andalan Merah Putih. Jenny pernah mendulang medali emas pada SEA Games XXI Hanoi, 2003 lewat nomor kumite perorangan putri -53kg. Dan saat ini, Jenny melanjutkan karirnya sebagai salah satu pelatih di tim karate DKI Jakarta.
"Iya, tante Jenny Zeanet masih saudaraan sama mama. Dulu sering diajak lihat latihan sama tante."
Di keluarganya, Ceyco juga bukan satu-satunya yang menggeluti olahraga karate. Kakaknya, Caesar George Issac Hutagalung juga bergelut di dunia yang sama. Caesar bahkan pernah satu kontingen dengan Ceyco di Kejuaraan Karate Asia Tenggara (SEAKF) di Vietnam, 16-18 April 2014.
Saat itu, Ceyco merebut emas di nomor kumite kadet 59kg putri. Sedangkan Caesar hanya mampu mendulang perunggu dari nomor kumite 84kg putra senior.
Menariknya Ceyco meraih emas lewat pertarungan sengit melawan wakil Turki, Eltemur Elda di babak final. Sempat terkejar 5-5 lewat tendanan mawahi geri lawan, Ceyco akhirnya menang setelah pukukannya berhasil meraih angka pada detik-detik terakhir pertandingan. Ceyco pun menang 6-5.
Ini merupakan emas pertama Ceyco di kejuaraan dunia WKF. Wanita kelahiran 24 Juni 1999 itu mengaku tidak menyangka bisa keluar sebagai juara karena sejak awal hanya menargetkan perunggu.
Karena itu dia sangat senang saat mampu melampaui targetnya. Namun siapa sebenarnya yang mengenalkan Ceyco ke dunia karate? "Tante saya," jawabnya singkat saat ditanya usai pertandingan.
"Kebetulan dia juga dulu atlet karate," sambung siswi kelas II SMA 39 Jakarta tersebut.
Yang dimaksud tante oleh Ceyco tenyata adalah mantan karateka nasional Jenny Zeanet. Menurut wanita berdarah Batak itu, Jenny punya hubungan adik-kakak dengan ibunya, Dessy Yovita.
Semasa aktif, Jenny memang merupakan salah satu karateka putri andalan Merah Putih. Jenny pernah mendulang medali emas pada SEA Games XXI Hanoi, 2003 lewat nomor kumite perorangan putri -53kg. Dan saat ini, Jenny melanjutkan karirnya sebagai salah satu pelatih di tim karate DKI Jakarta.
"Iya, tante Jenny Zeanet masih saudaraan sama mama. Dulu sering diajak lihat latihan sama tante."
Di keluarganya, Ceyco juga bukan satu-satunya yang menggeluti olahraga karate. Kakaknya, Caesar George Issac Hutagalung juga bergelut di dunia yang sama. Caesar bahkan pernah satu kontingen dengan Ceyco di Kejuaraan Karate Asia Tenggara (SEAKF) di Vietnam, 16-18 April 2014.
Saat itu, Ceyco merebut emas di nomor kumite kadet 59kg putri. Sedangkan Caesar hanya mampu mendulang perunggu dari nomor kumite 84kg putra senior.
Sekian dan Terima kasih.
Sumber: bola.liputan6.com
Senin, 18 Agustus 2014
Silsilah dan Monumen Hasibuan
Hasibuan adalah salah satu marga Batak Toba, jika dirunut dari si Raja Batak maka Si Raja Hasibuan berada pada keturunan (sundut) kedelapan : Si Raja Batak -- Raja Isumbaon -- Tuan Sorbadibanua alias Sisuanon -- Siraja Sobu alias Toga Sobu -- Hasibuan.
Dalam silsilah masyarakat suku batak (dalam struktur tarombo) bahwa si Raja Hasibuan adalah keturunan dari si Raja Sobu, si Raja Sobu yang hidup pada abad xv atau sekitar tahun 1455 adalah keturunan ke V dari si Raja Batak, ayahnya bernama Tuan Sorbadibanua anak dari istrinya yang ke dua bernama si Boru Basopaet (Putri Mojopahit).
Si Raja Sobu memiliki dua orang anak putra yang bernama Raja Tinandang atau lebih dikenal dengan bernama Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan.
Di masa kecil, Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan tinggal bersama orang tuanya di Desa Lobu Galagala yang terletak di kaki Gunung Dolok Tolong (Kabupaten Toba Samosir saat ini) dan setelah beranjak dewasa si Raja Hasibuan pergi merantau ke Desa Sigaol – Uluan dan menetap di sana yang pada akhirnya menjadi bonapasogit marga Hasibuan, dan ia pun meminang boru Simatupang dari Muara.
Toga Hasibuan memiliki keturunan :
Dalam silsilah masyarakat suku batak (dalam struktur tarombo) bahwa si Raja Hasibuan adalah keturunan dari si Raja Sobu, si Raja Sobu yang hidup pada abad xv atau sekitar tahun 1455 adalah keturunan ke V dari si Raja Batak, ayahnya bernama Tuan Sorbadibanua anak dari istrinya yang ke dua bernama si Boru Basopaet (Putri Mojopahit).
Si Raja Sobu memiliki dua orang anak putra yang bernama Raja Tinandang atau lebih dikenal dengan bernama Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan.
Di masa kecil, Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan tinggal bersama orang tuanya di Desa Lobu Galagala yang terletak di kaki Gunung Dolok Tolong (Kabupaten Toba Samosir saat ini) dan setelah beranjak dewasa si Raja Hasibuan pergi merantau ke Desa Sigaol – Uluan dan menetap di sana yang pada akhirnya menjadi bonapasogit marga Hasibuan, dan ia pun meminang boru Simatupang dari Muara.
Toga Hasibuan memiliki keturunan :
- Raja Manjalo : tinggal di Sigaol, Uluan dan tetap memakai marga Hasibuan, namun setelah berumah tangga Raja Marjalo membuat atau membuka perkampungan baru yang diberi nama Hariaramarjalo di Lumban Bao Sigaol saat ini, Hariara (pohon ara) marjalo (namanya) dan membuat pertanda dengan menamakan pohon Hariara (ara) yang sampai saat ini masih berdiri kokoh dan di sampingnya telah dibangun Monumen si Raja Hasibuan yang sudah diresmikan tahun 2002 lalu.
- Guru Mangaloksa : pergi merantau ke daerah Silindung dan menetap disana di kampung Marsaitbosi dan menikah dengan marga boru (putri) Pasaribu. Keturunan Guru Mangaloksa telah memakai nama/marga baru yaitu marga Hutagalung, marga Hutabarat, marga Hutatoruan dan marga Lumbantobing, sementerata keturunan marga Panggabean ada yang menjadi marga Simorangkir dan keturunan dari Guru Mangaloksa ini dikemudian hari dikenal dengan sebutan "Si Opat Pusoran", menurut cerita bahwa sebahagian keturunan Guru Mangaloksa yang merantau ke Tapanuli Sealatan Sipirok tetap memaki marga Hasibuan, begitu juga dengan marga Hasibuan dan marga Lumbantobing yang bermukim di Laguboti.
- Guru Hinobaan : pergi merantau ke Barus/Sibolga atau Asahan dan tetap memakai marga Hasibuan.
- Raja Manjalang : pergi merantau ke Padang Bolak/Sibuhuan Tapanuli Selatan dan tetap memakai Marga Hasibuan
- Raja Maniti : dikabarkan pergi meranatau ke daerah Aceh (Nangro Aceh Darussalam saat ini), dan kemungkinan keturunan inilah yang mengaku batak sampulu pitu (17) yang bermukim di kabupaten Alas saat ini, dan hingga saat ini Parsadaan Pomparan ni Raja Hasibuan dimanapun berada masih menanti kembalinya keturunan anak yang hilang ini.Anak ke lima adalah Guru Marjalang, dan ini pergi merantau ke Padang Bolak/Sibuhuan Tapanuli Selatan dan tetap memakai Marga Hasibuan.
- Lima putri si Raja Hasibuan :
- Si Boru Turasi : marhamulian/marhuta (kawin) ke marga Sitorus Pane di Lumban Lobu,
- Si Boru Tumandi : marhamulian/marhuta (kawin) ke Marga Panjaitan di Sitorang,
- Si Boru Taripar laut : marhamulian/marhuta (kawin) ke marga Simanjuntak di Sitandohan Balige,
- Si Boru Sande Balige : marhamulian/marhuta (kawin) ke marga Siahaan di Hinalang Balige, dan
- Si Boru Nauli : marhamulian/marhuta (kawin) ke marga Siringo-ringo di Muara.
Monumen Hasibuan
Tidak semua keturunan Hasibuan (termasuk keturunan Guru Mangaloksa) tahu di mana dan bentuk seperti apa monumen/Tugu Hasibuan.
Ketika diadakan perayaan Monumen si Raja Hasibuan di Lumban Bao Hariaramarjalo tahun 2002 lalu semua perwakilan dari si Raja hasibuan dan boru hadir bersama rombongannya masing-masing, kecuali keturunan dari Guru Maniti yang tidak hadir.
Polemik Hukum Adat Pernikahan sesama keturunan Hasibuan
Dalam Hukum ada pernikahan Batak Toba tidak boleh saling menikahi sesama marga, demikian halnya dengan Hasibuan, tidak boleh menikah dengan sesama Hasibuan, namun hal itu tidak disadari oleh beberapa keturunan Hasibuan bahwa sesungguhnya telah terjadi saling menikahi sesama Hasibuan, dan keturunan Hasibuan yang saling menikahi tersebut adalah keturunan dari Guru Mangaloksa sendiri. Parahnya ada pula aturan atau padan yang menyatakan bahwa keturunan Guru Mangaloksa tidak boleh menikah dengan Hasibuan yang menggunakan marga/boru Hasibuan.
Lalu kenapa sesama Si Opat Pusoran bisa saling menikahi? Ada sejarahnya, sebab pada zaman dahulu marga dan boru lain tidak sebanyak sekarang yang dijumpai pada waktu itu i daerah Si Opat Pisoran. Apalagi teknologi Informasi dan komunikasi serta transportasi tidak secanggih sekarang, maka untuk menghindari para putra dan putri Guru Mangaloksa tidak menjadi lajang terus atau tidak ketuaan menikah maka diberilah kebebasan untuk saling menikahi. Sebenarnya pemberian kebebasan seperti itu adalah melanggar aturan yang dijelaskan di atas.
Haruslah disadari, semua keturunan si opat pisoran atau keturunan Guru Mangaloksa berhak memakai marga/boru Hasibuan.
Bila memang sudah terjadi biarlah terjadi dan berlalu, namun jangan diulang lagi kebiasaan lama tersebut. Sebagai contoh: Buat apa dibuat kumpulan/punguan Guru Mangaloksa tapi saling menikahi? Bayangkan bila kumpulan tersebut membuat acara dan tentunya yang banyak bekerja atau repot adalah pihak "boru", dan ternyata pihak "boru" tersebut adalah bermarga salah satu keturunan Guru Mangaloksa, otomatis yang merasa bermarga salah satu keturunan Guru Mangaloksa tidak akan melakukan pekerjaan sebagai pihak "boru".
Referensi:
- W. M. Hutagalung, PUSTAHA BATAK Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak.
- http://agusthutabarat.wordpress.com/guru-mangaloksa-dan-hutabarat/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Tarombo_Batak
- http://id.wikipedia.org/wiki/Hasibuan
- Dari berbagai sumber.
Minggu, 10 Agustus 2014
Berita tentang Pusaka Peninggalan Guru Mangaloksa
Mungkin masih banyak di antara para keturunan Guru Mangaloksa bertanya-tanya tentang Pusaka peninggalan Guru Mangaloksa, namun mengenai hal tersebut dapat kita simak di bawah ini berita dari Harian Sinar Indonesia Baru Edisi Sabtu, 2 Agustus 2014.
Berbagai Pusakko Peninggalan Raja Guru Mangaloksa Ditemukan di Beberapa Daerah
Tarutung (SIB) - Atas petunjuk 'sahala raja' kepada seorang “sorangannya”, berbagai barang “pusakko” (pusaka) peninggalan Raja Guru Mangaloksa ditemukan di beberapa daerah. Penemuan barang pusaka tersebut setelah sorangannya bernama Dedy Boy Lumban Tobing (23) mendapat ilham dan petunjuk dari 'sahala ni' Raja Guru Mangaloksa tentang keberadaan barang-barang pusaka yang berada di berbagai daerah.
Pengumpulan puluhan barang pusaka tersebut telah dilaksanakan sejak empat bulan lalu sampai sekarang. Pencarian dan pengambilannya dilakukan secara sakral. Barang-barang tersebut ditemukan di hutan belantara yang tidak dapat dilihat mata manusia secara langsung, namun melalui petunjuk 'sahala raja' kepada sorangannya barang tersebut dapat ditemukan dengan utuh dan langsung disaksikan oleh 'pomparannya' yang mewakili empat marga yakni Hutabarat, Panggabean Hutagalung dan Hutatoruan serta Hula-hula Pasaribu dari Barus Tapanuli Tengah.
Menurut Ketua Panitia Pembangunan Monumen Ompui Raja Guru Mangaloksa, Gold Paulus Hutabarat didampingi Sekretaris Firma Lumban Tobing, Kamis (31/7), sejak empat bulan lalu sampai sekarang sudah ada 14 pusakko peninggalan Raja Guru Mangaloksa ditemukan di berbagai daerah dan sekarang dikumpulkan di rumah sorangannya di Desa Simarangkir Julu Kecamatan Siatas Barita,Tarutung. Barang-barang tersebut antara lain; buku lak-lak dari Barus, tano sanjomput, kursi Guru Mangaloksa, keris (tujuh bayangan) dari Desa Portibi Gunung Tua, pinggan pasu dari Siatas Barita, buka parsantabian dari Siatas Barita, piso halasan dan batu pitonggam dari Siatas Barita, tawar, baju moncak dari Marsait Bosi Simorangkir, sarung keris marsait, batu bola portibi (batu parpadanan) dari Aek Tangga Garoga, miak tawar dari Kabanjahe, piso yang datang sendiri dan tungkot Tunggal Panaluan dari Garoga. Semua barang itu ditemukan di hutan belantara di berbagai daerah.
Pencarian barang-barang pusaka itu selain dihadiri marga keturunan Guru Mangaloksa juga disaksikan ratusan warga yang kepingin tahu di masing-masing tempat. Penemuan terakhir sampai saat ini yakni Tongkat Tunggal Panaluan di hutan Garoga yang pencariannya diawali dengan gondang sabangunan sehingga mendapat perhatian 300-an warga.
Sementara itu salah seorang pomparan Guru Mangaloksa, Sabang Simorangkir SE saat ditanya SIB mengatakan, pencarian barang-barang milik ompui sudah cukup banyak menghabiskan energi dan biaya, karena lokasinya berbeda-beda dan pengambilannya sudah dilakukan sejak empat bulan lalu. Namun atas dukungan dan bantuan dana yang diberikan mantan Bupati Tapanuli Utara Torang Lumban Tobing pihaknya jadi terbantu.
"Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada mantan bupati Taput bapak Torang Lumban Tobing yang memberikan perhatiannya dan memberikan bantuan dana sehingga proses pengumpulan barang-barang peninggalan Ompui Raja Guru Mangaloksa dapat terbantu," ucapnya.
Belum diketahui secara pasti apakah masih ada lagi barang lain yang akan ditemukan karena sorangannya masih menunggu petunjuk 'sahala raja. Namun telah direncanakan akan memindahkan makam dari Desa Sigaol Porsea ke Siatas Barita, Tarutung.(E1/ r)
Tarutung (SIB) - Atas petunjuk 'sahala raja' kepada seorang “sorangannya”, berbagai barang “pusakko” (pusaka) peninggalan Raja Guru Mangaloksa ditemukan di beberapa daerah. Penemuan barang pusaka tersebut setelah sorangannya bernama Dedy Boy Lumban Tobing (23) mendapat ilham dan petunjuk dari 'sahala ni' Raja Guru Mangaloksa tentang keberadaan barang-barang pusaka yang berada di berbagai daerah.
Pengumpulan puluhan barang pusaka tersebut telah dilaksanakan sejak empat bulan lalu sampai sekarang. Pencarian dan pengambilannya dilakukan secara sakral. Barang-barang tersebut ditemukan di hutan belantara yang tidak dapat dilihat mata manusia secara langsung, namun melalui petunjuk 'sahala raja' kepada sorangannya barang tersebut dapat ditemukan dengan utuh dan langsung disaksikan oleh 'pomparannya' yang mewakili empat marga yakni Hutabarat, Panggabean Hutagalung dan Hutatoruan serta Hula-hula Pasaribu dari Barus Tapanuli Tengah.
Menurut Ketua Panitia Pembangunan Monumen Ompui Raja Guru Mangaloksa, Gold Paulus Hutabarat didampingi Sekretaris Firma Lumban Tobing, Kamis (31/7), sejak empat bulan lalu sampai sekarang sudah ada 14 pusakko peninggalan Raja Guru Mangaloksa ditemukan di berbagai daerah dan sekarang dikumpulkan di rumah sorangannya di Desa Simarangkir Julu Kecamatan Siatas Barita,Tarutung. Barang-barang tersebut antara lain; buku lak-lak dari Barus, tano sanjomput, kursi Guru Mangaloksa, keris (tujuh bayangan) dari Desa Portibi Gunung Tua, pinggan pasu dari Siatas Barita, buka parsantabian dari Siatas Barita, piso halasan dan batu pitonggam dari Siatas Barita, tawar, baju moncak dari Marsait Bosi Simorangkir, sarung keris marsait, batu bola portibi (batu parpadanan) dari Aek Tangga Garoga, miak tawar dari Kabanjahe, piso yang datang sendiri dan tungkot Tunggal Panaluan dari Garoga. Semua barang itu ditemukan di hutan belantara di berbagai daerah.
Pencarian barang-barang pusaka itu selain dihadiri marga keturunan Guru Mangaloksa juga disaksikan ratusan warga yang kepingin tahu di masing-masing tempat. Penemuan terakhir sampai saat ini yakni Tongkat Tunggal Panaluan di hutan Garoga yang pencariannya diawali dengan gondang sabangunan sehingga mendapat perhatian 300-an warga.
Sementara itu salah seorang pomparan Guru Mangaloksa, Sabang Simorangkir SE saat ditanya SIB mengatakan, pencarian barang-barang milik ompui sudah cukup banyak menghabiskan energi dan biaya, karena lokasinya berbeda-beda dan pengambilannya sudah dilakukan sejak empat bulan lalu. Namun atas dukungan dan bantuan dana yang diberikan mantan Bupati Tapanuli Utara Torang Lumban Tobing pihaknya jadi terbantu.
"Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada mantan bupati Taput bapak Torang Lumban Tobing yang memberikan perhatiannya dan memberikan bantuan dana sehingga proses pengumpulan barang-barang peninggalan Ompui Raja Guru Mangaloksa dapat terbantu," ucapnya.
Belum diketahui secara pasti apakah masih ada lagi barang lain yang akan ditemukan karena sorangannya masih menunggu petunjuk 'sahala raja. Namun telah direncanakan akan memindahkan makam dari Desa Sigaol Porsea ke Siatas Barita, Tarutung.(E1/ r)
* * * * *
Demikian info yang disampaikan, untuk selanjutnya belum ada tanggapan kami, Saudara/i dapat menanggapi sendiri. Terima kasih dan Horas.
Sumber:
Langganan:
Postingan (Atom)