Selasa, 06 November 2012

Mari Kita Belajar Aksara Batak Toba



Surat Batak adalah nama aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Batak. Surat Batak masih berkerabat dengan aksara Nusantara lainnya. Aksara ini memiliki beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis besar, ada lima varian surat Batak di Sumatra, yaitu Karo, Toba, Dairi, Simalungun, dan Mandailing. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu, yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai ilmu sihir, ramal, dan penanggalan. Kini, aksara ini masih dapat ditemui dalam berbagai pustaha, yaitu kitab tradisional masyarakat Batak.

Ciri khas

Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut abugida, jadi merupakan sebuah perpaduan antara alfabet dan aksara suku kata. Setiap karakter telah mengandung sekaligus konsonan dan vokal dasar. Vokal dasar ini adalah bunyi [a]. Namun dengan tanda diakritis atau apa yang disebut anak ni surat dalam bahasa Batak, maka vokal ini bisa diubah-ubah.

Huruf vokal dan konsonan dalam aksara Batak diurut menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: a, ha, ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, nya, ca, nda, mba, i, u. Aksara Batak biasanya ditulis pada bambu/kayu. Penulisan dimulai dari atas ke bawah, dan baris dilanjutkan dari kiri ke kanan. (Sumber: Kozok, Uli. 2009. Surat Batak: Sejarah Perkembangan Tulisan Batak, Berikut Pedoman Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII. Jakarta: École française d'Extrême-Orient, Kepustakaan Populer Gramedia.)

Jenis aksara dan penyebaran

Setiap bahasa Batak memiliki varian Surat Batak sendiri-sendiri. Namun varian-varian ini tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Ada empat varian Surat Batak yang utama, sesuai rumpun bahasa Batak, yaitu: Karo, Toba , Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Angkola-Mandailing. Dengan membandingkan kelima aksara Batak dan mengadakan analisa nama-nama huruf diakritik maka Prof. Dr. Uli Kozok dari University of Hawai'i at Manoa, dapat membuktikan bahwa aksara Batak mula-mula ada di Mandailing. Dari Mandailing aksara Batak menyebar ke kawasan Toba Timur (perbatasan dengan Simalungun), lalu ke Simalungun dan ke Toba Timur. Dari Toba Timur aksara Batak menyebar lagi ke Pakpak Dairi, sedangkan dari Toba Barat ke Simalungun, sedangkan aksara Karo menunjukkan pengaruh baik dari Pakpak-Dairi maupun dari Simalungun. (Sumber: Kozok, Uli. 2009. Surat Batak: Sejarah Perkembangan Tulisan Batak, Berikut Pedoman Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII. Jakarta: École française d'Extrême-Orient, Kepustakaan Populer Gramedia.)

Aksara / huruf Batak atau disebut ‘Surat Batak’ adalah huruf-huruf yang dipakai dalam naskah-naskah asli suku Batak (Toba, Angkola/Mandailing, Simalungun, dan Karo). Kelompok bahasa sub suku ini mempunyai kemiripan satu sama lain dan sebenarnya adalah cabang dari suatu bahasa Batak tua (Proto Batak). Naskah asli itu sebagian besar berupa pustaha (laklak), sebagian kecil lainnya dituliskan pada bambu dan kertas.


Hampir semua orang Batak yang menulis buku tentang Batak selalu memasukkan satu bab atau bagian bukunya tentang Surat Batak atau paling tidak ia membuat sebuah tabel abjad Batak. Ini menunjukkan mereka bangga akan warisan budaya leluhurnya itu. Tetapi sayang sekali karena kurangnya pemahaman kerap kali salah kaprah dan tidak jelas. Kekeliruan ini akan nyata kalau kita terapkan untuk membaca suatu naskah asli Pustaha. Berani saya bertaruh, pasti akan sulit kita baca, alias membuat kita bingung sendiri. Bahkan dalam buku-buku wajib pelajaran aksara Batak yang dipakai di sekolah di daerah Tapanuli banyak dijumpai kekeliruan ini. Soalnya sekarang bagaimana membenahi ini semua ? Banyak buku bermutu dari pakar asing yang sangat baik bisa dipakai sebagai rujukan. Tetapi masalahnya adalah semuanya ditulis dalam bahasa asing, Jerman atau Belanda, Sekarang ini sudah jarang kita yang menguasainya. Syukurlah beberapa tahun lalu, Dr.Uli Kozok, seorang ahli bahasa kuno (filolog) berkebangsaan Jerman, yang menyunting putri Tanah Karo, telah menulis sebuah buku panduan ringkas Surat Batak yang sangat baik dalam bahasa Indonesia “Warisan Leluhur, Sastra Lama dan Aksara Batak”, 1999. Kozok yang pernah menjadi pengajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (1990-1991) menulis disertasi tentang sastra Batak Ratapan (andung-andung).Dengan buku panduan Dr.Kozok ini diharapkan putra asli Batak yang berminat bisa memiliki bahan acuan yang baik untuk meneliti naskah-naskah tua yang hampir punah, dan masih tersebar di berbagai tempat di luar ataupun di dalam negeri. Ia juga telah membuat suatu font Surat Batak sehingga sekarang kita boleh melakukan pengetikan computer dengan aksara Batak.Naskah pustaha sekarang sudah sangat langka dan tersebar di beberapa perpustaakan di Eropa. Diperkirakan jumlahnya hanya 2000 buah. Bagaimana caranya mengembalikannya ke tanah air perlu dipikirkan.Naskah batak yang ditemukan dalam bentuk bambu ataupun tulang kerbau dan kertas sangat kecil jumlahnya. Perlu dicatat, sastra Batak kebanyakan tidak ditulis melainkan dialihkan turun temurun secara lisan. Surat Batak hanya dipergunakan untuk ilmu kedukunan, surat menyurat (ancaman). Di daerah Karo, Simalungun, Angkola juga dipakai untuk menulis syair/nyanyian ratapan. Jadi legenda, mitos, cerita rakyat (turi-turian), umpama, umpasa, teka-teki (torhan-torhanan), silsilah (tarombo) tidak akan anda jumpai dalam bentuk naskah Batak asli. Khusus mengenai silsilah marga yang diturunkan dengan tradisi lisan, belakangan menimbulkan berbagai versi. Tidak jarang pecah perselisihan, yang sebenarnya lebih berpangkal pada ego kelompok dan tribalisme.

Kebanyakan naskah berbentuk pustaha. Pustaha adalah semacam buku terbuat dari kulit kayu (laklak) yang dilipat sedemikian rupa dengan sampul terbuat dari kayu alim. (lampak) yang lebih keras. Yang dituliskan pada pustaha pada pokoknya adalah soal-soal yang menyangkut ilmu kedukunan (hadatuon). P.VoorhoeveL.Manik yang meneliti 461 pustaha di beberapa perpustakaan di Eropa, sebagaimana dikutip oleh Kozok, membagi ilmu hadatuon :

1. Ilmu hitam (Pangulubalang, Pamunu tanduk, gadam dll)
2. Ilmu putih (Pagar, Sarang timah, Porsimboraon, dll)
3. Ilmu lain-lain (Tamba tua, Dorma, Parpangiron dll)
4. Obat-obatan
5. Nujum :
  • Dengan perbintangan (Pormesa na sampulu dua, panggorda na ualu, pane na bolon, porhalaan, dsb)
  • Dengan memakai binatang (Aji nangkapiring, Manuk gantung, Porbuhiton dsb)
  • Nujum lain-lain (Rambu siporhas, Panampuhi, Hariara marsundung di langit, Parombunan dsb).
Induk Huruf/Ina ni surat dan anak Huruf/Anak ni surat (klik gambar untuk memperbesar)


Induk Huruf/ina ni surat (klik gambar untuk memperbesar)

Sistem tradisi penulisan didalam bahasa Batak Toba diduga telah ada sejak abad ke-13, dengan aksara yang mungkin berasal dari aksara Jawa Kuna, melalui aksara Sumatera Kuno. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan satu suku kata/silaba atau silabis. Jumlah lambang /tanda itu sebanyak 19 buah huruf yang disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak huruf.Pada dasarnya huruf /ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa Batak Toba, misalnya orang Batak Toba pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang Batak tidak lagi menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan dalam bahasa Batak Toba.
Induk Huruf/Ina ni surat (klik gambar untuk memperbesar)

Penjelasan :

Untuk menuliskan semua kata-kata asli bahasa Batak. Sebenarnya hanyalah dipergunakan aksara-aksara yang telah diperkenalkan itu. Tetapi karena pengaruh bahasa asing maka terpaksalah dibuat aksara-aksara yang lain untuk melengkapi aksara yang sudah ada itu, yaitu : wa, ka , ya, nya dan ca. Karena menulis garis yang agak melengkung jauh lebih mudah dan merasa senang dari pada membuat garis lurus, maka bentuk aksara-aksara Batak “Surat Barak” itu menjadi melengkung. Cara menulis aksara Batak sama saja dengan menulis huruf latin, yaitu dari kiri ke kanan.
Surat Batak tidak mempunyai tanda baca seperti koma, titik koma dan lain sebagainya. Yang ada hanya tanda untuk menyatakan sebuah kalimat berakhir dengan bentuk seperti [ ].
Pada surat Batak tak ada huruf besar atau kecil, sebab aksara Batak itu bentuknya sama. Anak huruf, Hatadingan (-) “e”; dan hamisaran/paninggil (..-) “ng” berada pada induk huruf dan hamisaran/paninggil “ng” dapat melekat dengan anak huruf, seperti haluaan (o), singkora (x), dan hamisaran; Paninggil “ng” selalu melekat pada anak huruf, seperti haluaan (o), singkora (x).

Anak Huruf (anak ni surat)

Anak huruf dalam aksara Batak Toba terdiri atas 7 buah yang dipergunakan untuk mengubah bunyi induk huruf, misalnya bunyi /i, u, o,e/ dan menambah bunyi /ng/ pada induk huruf tersebut . Perhatikan anak huruf di bawah ini.

Haluaan (…. o) bunyi /i/, yakni mengubah bunyi induk huruf menjadi bunyi /i/.
Haboruan atau haborotan (…>) bunyi /u/, yakni mengubah bunyi induk huruf menjadi bunyi /u/.
Singkora atau siala (…x) bunyi /o/, yakni mengubah bunyi induk huruf menjadi bunyi /o/.
Hatadingan (-…) bunyi /e/, yakni mengubah bunyi induk huruf menjadi bunyi /e/.
Paninggil atau hamisaran bunyi /ng/, yakni menambah tanda garis di atas induk huruf sebelah kanan yang menjadi bunyi /ng/ atau tanda diakritis yang menutup suku kata dengan bunyi.
Sikorjan (…=) bunyi /h/ yang terikat. Selain bunyi “h” yang dapat berdiri sendiri ada juga bunyi “h”. yang terikat kepada induk huruf (ina ni surat). Dahulu kala dalam pustaha Batak tidak mengenal huruf “h” yang terikat, akan tetapi mengenal huruf “h” yang bebas (tidak terikat) pada ina ni surat (induk huruf). Tanda huruf “h” (sikorjan) yakni membubuhi tanda garis dua diatas induk huruf agak ke sebelah kanan, yang pada akhirnya berbunyi /h/.
Pangolat (\), merupakan garis miring berfungsi untuk merubah bunyi vokal menjadi bunyi konsonan atau tanda diakritis yang menghilangkan bunyi dari huruf induk pada akhir suku kata.
Untuk pemenggalan di akhir kata, dipakai tanda kurung tutup misalnya tanda [ ) ].
Untuk mengakhiri kalimat dipergunakan tanda kembang [ ]
Semua aksara ditulis di bawah garis dengan tujuan agar kelihatannya rapi dan mudah ditulis. Huruf besar dan huruf kecil tidak ada perbedaan.
Kata dalam aksara Batak ditulis tanpa jarak, tidak mempunyai batas permisah antar kata.
Untuk menulis aksara Batak ditulis agak melengkung sedikit (punggungnya agak bungkuk sedikit).
Patik dohot poda ni surat Batak :

Ingkon jumolo do ina ni surat bahenon, misalnya morhamisaran “ng” ipe asa maranak; morhatadingan “e”; morhaboruan “o” morhauluan “i”; morhaboritan “u”.
Ingkon jumolo do ina ni surat marhajoringan “h” (di Simalungun dohot Karo) ipe asa maranak; hatalingan “e” ; haboruan “o” hauluan “i”.
Ingkon jumolo do ina na tu inana tongonon “manongan “, ipe asa mangihut anakna bahenon.
Ndang jadi tu anak ni surat ampe hamisaran i, ingkon tu ina ni surat do parjolo, ipe asa maranak, morhauluan manang morhaboruan.
(klik gambar untuk memperbesar)


Beberapa koreksi untuk aksara Batak Toba :

Huruf /a/ dalam bentuk yang melengkung lebih banyak ditemukan daripada bentuk garis tajam
Huruf /ma/ dalam bentuk dalam bentuk yang sudah sering dikenal umum ternyata berbeda dari yang dipakai pustaha
Huruf /pa/ bentuk nya lurus saja
Aksara batak sama sekali tidak mengenal angka
dan masih banyak yang lainnya yang sudah terlanjur salah kaprah.

Pengembangan Akasara atau Tulisan Batak

Pada awalnya nenek moyang kita Siraja Batak mengukir aksara Batak untuk dapat menulis bahasa Batak, bukan untuk dapat menulis bahasa-bahasa yang lain. Barangkali pada waktu aksara Batak itu disingahon Siraja Batak, mereka tidak teipikir bahwa masih ada bahasa-bahasa yang lain selain bahasa daerah Batak. Akan tetapi setelah Siraja Batak marpinompari, mereka menyebar ke desa na uwalu, barulah mereka tahu bahwa sebenarnya masih ada bahasa daerah selain bahasa Batak. Hal ini terjadi setelah datangnya sibontar mata (bangsa asing), kemudian menyusul dengan perang Batak dan perang Padri, barulah terbuka mata para pendahulu kita bahwa sebetulnya masih banyak bahasa-bahasa yang mereka temui di luar Tano Batak.

Kemudian kita merdeka, maka semakin banyak pula pergaulan orang Batak dalam rangka mencari upaya-upaya peningkatan taraf hidup. Mereka bisa sekolah di negeri masing-masing bahkan bisa di luar Tano Batak dan akhirnya bisa ke Batavia. Pengetahuan kita semakin terbuka sehingga selain bahasa Indonesia masih banyak bahasa-bahasa daerah lain dibumi persada kita ini.

Kalau kita melihat bahasa daerah Sunda, Jawa, Bali dan lain-lain, aksara Batak itu hanya bisa menulis bahasa Indonesia selain bahasa Batak. Aksara Batak tidak bisa menulis bahasa Sunda, Jawa, Aceh, Bali dan sebagainya maupun bahasa-bahasa asing seperti bahasa Inggris, Perancis, Jerman.

Untuk mengantisipasi perkembangan zaman, sesuai dengan amanat GBHN, maka tokoh-tokoh masyarakat Batak melalui seminar pada tanggal 17 Juli 1988, telah mencoba mengembangkan aksara Batak dari 19 induk huruf menjadi 29 induk huruf. Dengan demikian, maka bahasa Indonesia akan dapat dituliskan dengan aksara Batak.

Surat Batak yang di sepakati 17 Juli 1988 dikembangkan oleh masyarakat Batak Angkola-Sipirok-Padang Lawas-Mandailing-Toba-Toba-Dairi-Simalungun dan Batak Karo.
(klik gambar untuk memperbesar)


Unduh Fonts Aksara Batak

Dalam blog ini saya melampirkan dua buah file fonts Aksara Batak yang dikompres dalam format *.Zip, yakni Font Batak.rar (74,3 kb). Masing-masing terdiri dari file dalam bentuk format *.TTF, yakni :
KARON___.TTF (Karo)
MANDN___.TTF (Mandailing-Angkola)
PAKPN___.TTF (Pakpak)
SIMAN___.TTF (Simalungun)
TOBA____.TTF (Toba)
TOBAN___.TTF (Toba)
VARIN___.TTF (Toba-Tambahan)

Untuk mendownloadnya, klik tulisan di bawah ini :
- Klik Download Dalam Format Zip

- Jika kesulitan, Klik Download (Google drive)

Sebelum dipakai ekstrak dulu filenya lalu copy-paste ke C:\WINDOWS\FONTS\ dan untuk mengetahuinya buka microsoft office, pilihlah font Toba untuk menulis dengan huruf aksara Batak Toba. Khusus yang memakai Windows 7 dan vista, klik (kiri) salah satu font lalu pilih tombol install.


(klik gambar untuk memperbesar)


Kode Pengetikan

(klik gambar untuk memperbesar)

Begini caranya

Contoh Latinnya :

Hutagalung

Hutagalung i ma anak si
paitolu sian guru raja
mangaloksa jala
raja hasibuan ma ompungna
ia asal mula huta ni
hutagalung i ma di desa si raja
hutagalung siatas barita
tapanuli utara.

Pengetikan dalam huruf Arial atau Times New Roman :

Hasilnya :


Angka dalam Aksara Batak (Toba)
Dalam Font Batak di atas angka/nomor dalam aksara batak belum dimasukkan, kami hanya bisa menyajikan angka tersebut dalam bentuk gambar :
Catatan : sesungguhnya angka dalam aksara batak tidak dikenal, namun telah dikembangkan.



Semoga Bermanfaat bagi kita dan tetaplah menjaga budaya kita sendiri.

Info terbaru : 
Download Font/Huruf Aksara Batak Toba Baru yang telah dilengkapi angka/nomor, dan tanda baca di http://hutagalung-cyber.blogspot.com/2014/06/FontBatakTobaBaru.html


HORAS!

Refrensi :
- batakculture.wordpress.com
- ulikozok.com/
- bataktoba.webs.com
- id.wikipedia.org
- maradahutagalung.blogspot.com
- Dari berbagai Sumber.

Comments
7 Comments
7 komentar:
Write Isi Komentar Baru
  1. bg/kk, saya kan membuat blogspot hutagalung Cyber jd referensi skripsi saya, tapi katanya harus ada nama pengarangny langsug, jangna hanya marganya katany, bisa tau nama Adminy bg? :)

    BalasHapus
  2. Pada Bahasa Batak Toba dulu disebutkan bahwa KOPI DIUCAPKAN HOPI..........BAGAIMANA DENGAN UNDUK...ATAU UDDUK.....TAKKANG....TAKKAS.....SI RAJA BIAK BIAK DAN LAIN2NYA.MAULIATE.HORAS.

    BalasHapus
  3. salam.. horas..,
    saya ingin membuat tato dengan tulisan batak "Pasaribu 18-08-2017" apakah ada yang bisa bantu menulisnya dalam aksara batak? terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  4. Tuliskan dlu aksara batak toba, debata mangaramori

    BalasHapus
  5. Jadi kalo huruf F gmna pra penulisannya. Aku banyak lupa uda.

    BalasHapus

Isilah komentar Saudara/i dengan baik dan benar, dilarang membuat komentar yang berbau SARA, Porno atau hal-hal yang melanggar Etika/Norma/Aturan yang berlaku.

Mauliate. HORAS!


Logo Hutagalung Sedunia
Flag Counter